Friday 28 October 2016

China Akan Pamerkan Jet Tempur Silumannya Pekan Depan

China akan memamerkan pesawat siluman generasi kelima J-20 dalam pameran dirgantara pekan depan. Angkatan udara China mengatakan, ini adalah penampilan perdana dari pesawat mutakhir Negeri Tirai Bambu itu. 
 
J-20 akan memberikan demonstrasi penerbangan dalam Pameran Penerbangan dan Dirgantara Internasional di Zuhai, China pekan depan. Juru bicara angkatan udara, Shen Jinke dalam keterangan yang dilansir Reuters, Jumat (28/10/2016) mengatakan produksi pesawat siluman itu berjalan sesuai dengan rencana dan akan digunakan untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional China.

Berdasarkan informasi dari Pentagon, pesawat siluman generasi kelima yang dikembangkan China, J-20 dan J-31 adalah penting bagi pengembangan angkatan udara negara itu dari sebuah kekuatan teritorial menjadi pasukan yang dapat melakukan operasi ofensif dan defensif. 

Sebagian pengamat mengatakan, berdasarkan foto-foto J-20 yang ada, China tampaknya mendapatkan kemajuan signifikan dalam mengembangkan pesawat saingan jet tempur F-22 Raptor milik Amerika Serikat (AS) itu. Namun, sebagian lain berpendapat manufaktur pertahanan China masih kesulitan mengembangkan mesin yang dapat menyaingi jet tempur Barat dalam pertempuran.

Sumber :  Okezone
Read More..

Sunday 16 October 2016

Rusia Luncurkan Misil Nuklir, 'Sinyal' Perang Dunia III?


Perkembangan mengkhawatirkan teramati dari Rusia. Presiden Vladimir Putin memanggil seluruh warganya di seluruh dunia untuk pulang kampung.

Imbauan itu muncul setelah Putin membatalkan rencana kunjungannya ke Prancis menyusul 'kemarahan' yang muncul atas keterlibatan Moskow dalam perang Suriah.

Tak hanya itu, Negeri Beruang Merah baru saja meluncurkan misil barunya, Topol, yang diklaim sebagai yang tercepat sedunia.

Rusia meluncurkan misil itu dari kapal selam di Laut Barents pada Rabu 12 Oktober lalu. Peluncuran ini dilakukan setelah beberapa kali uji coba balistik dilakukan.

Disinyalir sebagai kesiapan Moskow terhadap konflik internasional di masa depan. Demikian seperti dikutip dari Australian Network News, pada Jumat (14/10/2016).

Di hari peluncuran, secara bersamaan militer Rusia juga menembakkan misil lainnya dari sebuah pulau di utara Rusia. Dan setelah itu, misil ketiga berupa roket nuklir diluncurkan dari kapal selam di utara laut Jepang.

AS melihat tindakan itu merupakan ancaman. Baik Negeri Paman Sam dan Rusia, kedua negara itu bukan kawan akrab semenjak Perang Dingin.

Hubungan dingin AS-Rusia berlangsung hingga kini, apalagi AS telah menuduh Rusia berada di belakang 'perang kriminal' di Suriah.

Sementara itu, media-media Rusia memberitakan adanya kemungkinan perang nuklir di masa depan.

"Jika pada suatu hari perang nuklir terjadi, semua orang harus tahu di mana shelter perlindungan bom berada. Sekarang Anda wajib mengetahuinya," kata TV pemerintah, NTV.
Selain itu, baru-baru ini, Presiden Vladimir Putin memanggil seluruh warganya di seluruh dunia untuk pulang kampung.

Imbauan itu muncul setelah Putin membatalkan rencana kunjungannya ke Prancis menyusul 'kemarahan' yang muncul atas keterlibatan Moskow dalam perang Suriah.

Ternyata, pernyataan serupa tak hanya disampaikan Putin, namun juga mantan pemimpin Soviet, Mikhail Gorbachev. Ia memperingatkan bahwa dunia tengah berada dalam 'titik berbahaya' seiring dengan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan AS.

Menurut situs Rusia, Znak.com, seluruh staf administrasi, kepala daerah, anggota parlemen dari semua tingkatan dan karyawan perusahaan publik telah diperintahkan untuk mengeluarkan anak-anak mereka dari sekolah asing sesegera mungkin.

Jika gagal untuk melaksanakan perintah maka peluang mereka untuk mendapat promosi jabatan akan terancam. Demikian media lokal melaporkan.

Meski demikian, Menteri Departemen Pertahanan Rusia, Sergei Shogi menolak anggapan rumor perang. Ia mengatakan peluncuran itu merupakan bagian dari latihan biasa. Bukan ancaman kedamaian dunia atau Perang Dunia III.

Tapi, ia mengakui bahwa ada rumor terkait Perang Dunia III beredar.

"Ide adanya perang militer, Perang Dingin baru dan PD III memang beredar. Namun, tentu saja, itu tak benar," klaim Shogi.

Sumber : Liputan6
Read More..

Angkatan Laut Inggris Bakal Cegat Kapal Perang Rusia

Angkatan Laut Kerajaan Inggris akan mengirimkan dua kapal perang untuk mecegat kapal induk Rusia yang diyakini akan memasuki perairan Inggris. Rusia sebelumnya menyatakan akan mengirimkan kapal induknya ke Laut Mediterania.

Pasukan NATO dan pesawat patroli maritim telah dikirim untuk memantau pergerakan kapal induk bersenjata berat milik Rusia, Admiral Kuznetsov dan tujuh kapal lainnya termasuk kapal penjelajah bertenaga nuklir. Pengiriman tersebut seperti hendak menutup perairan Inggris untuk kapal yang akan melakukan perjalanan ke Laut Mediterania.


Dua kapal perang Inggris yaitu HMS Duncan dan HMS Richmond dipastikan akan dikerahkan jika kapal Rusia, hendak menuju Aleppo yang dilanda perang, memasuki perairan Inggris pada minggu depan.

"Hal ini penting. Kami akan melacak mereka melalui daerah kami yang menarik perhatian," ucap seorang juru bicara pertahanan  seperti dikutip dari Express, Minggu (16/10/2016).

Meski begitu, hingga saat ini, belum diketahui rute perjalanan kapal perang Rusia tersebut. Pasalnya, kapal tersebut bisa melewati Laut Utara dan Selat Inggris, Laut Irlandia atau sekitar Irlandia barat. Jika tidak menggunakan kanal Inggris, kapal tersebut akan berlayar hanya 1 mil jauhnya dari pantai Inggris. 


Sumber : Sindo
Read More..

Saturday 8 October 2016

Ini 3 Faktor Pemancing Amerika Terlibat Perang Dunia III

Pemimpin militer Amerika Serikat mengungkapkan tiga faktor utama yang mungkin akan menyeret negaranya dalam perang dunia ketiga. Mayor Jendral William Hix, petinggi militer AS, mengungkapkan hal mengerikan tersebut saat pertemuan tahunan Asosiasi Angkatan Darat AS di Washington.
Dia mengatakan, ancaman dari Rusia, kekuatan militer yang berkembang dari Cina dan perubahan iklim, bisa menjadi faktor yang memimpin Amerika dalam Perang Dunia Tiga. Bahkan, menurut Hix, perang dunia ketiga tersebut lebih menakutkan dan merusak dari perang-perang antara negara-negara di dunia sebelumnya.

"Konflik di masa depan akan menjadi sangat mematikan dan cepat dengan perang antara dua negara kuat. Dan itu hampir pasti, kami bahkan tidak mungkin dapat mengendalikannya," kata Jenderal Wiiliam Hix, seperti yang dilansir oleh laman Mirror, Rabu, 5 Oktober 2016,w aktu setempat.


Kemungkinan-kemungkinan itu didukung perkembangan teknologi dalam militer yang semakin canggih, sehingga negara-negara akan menggunakan senjata yang cerdas. Dia mengatakan kini, Cina dan Rusia sedang membangun pasukan besar yang semakin bergantung pada teknologi yang sangat canggih.

Faktor itu memaksa para pemimpin militer AS untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi kekerasan dalam skala besar yang belum pernah terlihat sebelumnya. Sementara itu, dengan nada khawatir, Kepala Staf Angkatan Darat AS, Jenderal Mark A. Milley mengatakan perang antara bangsa di masa depan hampir pasti terjadi.

Miley menambahkan, strategi militer harus siap untuk perang cyber dan pertarungan di daerah perkotaan. Kekhawatiran Amerika ini datang setelah akhir pekan lalu Rusia dilaporkan mempersiapkan warganya untuk 'perang nuklir' dengan Barat karena ketegangan meningkat di Suriah.


Media dan pejabat negara komunis tersebut mengklaim Barat ingin melancarkan serangan ke Rusia karena intervensinya di Suriah. Para pejabat mengumumkan pada Jumat pekan lalu, tempat penampungan bawah tanah telah dibangun yang bisa memberikan perlindungan bagi 12 juta warga Moskow dari serangan.

Ketegangan dua negara terkuat di dunia tersebut semakin meninggi menyusul perang sipil di Suriah yang tak kunjung ada solusi perdamaian terutama di Aleppo. Kota ini berada di bawah serangan dari pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad selama seminggu yang didukung Rusia.

Di sisi lain pemberontak Suriah ingin merebut kota itu dengan dukungan Barat termasuk AS. Rusia memperingatkan, AS akan menghadapi konsekuensi mengerikan jika mengambil tindakan militer terhadap rezim Suriah. Rusia memiliki cadangan terbesar senjata nuklir di dunia dengan 8.400 hulu ledak ketimbang 7.500 di Amerika.
  

Sumber : Tempo
Read More..

AS Mau Tambah Pasukan Lagi di Sebelah Selatan Indonesia

Australia dan Amerika Serikat sepakat untuk patungan pembiayaan penempatan militer Amerika di Negeri Kanguru itu. Penempatan militer AS di bagian utara Australia dipandang jadi faktor kunci bagi pergeseran fokus keamanan Amerika, yang kini lebih berat ke Asia - seperti yang dicanangkan Presiden Barack Obama.

Kesepakatan itu diumumkan oleh Menteri Pertahanan Australia, Marise Payne, Kamis kemarin seperti yang diberitakan kantor berita Reuters. Dia bertemu dengan Menteri Pertahanan AS, Ash Carter, di Washington DC pekan ini untuk membicarakan rencana penambahan personel militer Amerika di Kota Darwin - yang saat ini sebanyak 1.250 personel - mulai 2020 mendatang.  

Darwin terletak di ujung utara Australia - atau tidak begitu jauh dari perbatasan selatan Indonesia. Bahkan, menurut Reuters, secara geografis Darwin lebih dekat dengan Indonesia ketimbang dengan Ibu Kota Australia, Canberra.  

Pada 2014, AS dan Australia menandatangani kesepakatan untuk memfasiltasi latihan bersama sekaligus penempatan Angkatan Laut dan Udara Amerika di Darwin. Kedua negara sepakat bahwa pembiayaan operasional militer AS di Australia itu dilakukan secara patungan, sedangkan pembiayaan infrastrukturnya akan dibicarakan kemudian.

Maret lalu, kedua negara membicarakan penempatan pesawat-pesawat bomber jarak jauh AS, B-1, di Darwin demi mendukung kehadiran militer AS lebih dekat lagi di Laut China Selatan - yang menjadi wilayah sengketa antara China dan sejumlah negara Asia lainnya yang menjadi sekutu AS.     

Payne menilai bahwa dukungan Australia atas militer AS di Darwin “sejalan dengan kepentingan strategis jangka panjang negaranya dalam mendukung keterlibatan Amerika di kawasan dalam rangka mendukung keamanan dan stabilitas regional.”

Dengan demikian, kedua negara sepakat patungan untuk membiayai investasi infrastruktur militer AS di kawasan utara Australia itu sebesar A$2 miliar - atau setara Rp1,9 triliun. Ini belum termasuk biaya-biaya lain yang terkait dengan penempatan militer AS di Australia yang berlangsung selama 25 tahun.  

AS dan Australia pun merencanakan sejumlah latihan bersama, yang bisa melibatkan mitra-mitra mereka di Asia Pasifik.  Namun, baik pihak AS dan Australia, tidak bersedia menjelaskan lebih rinci soal penambahan pasukan ini - termasuk berapa banyak yang akan ditambah dan kapan akan dilakukan.

Juru bicara Departemen Pertahanan AS, Gary Ross, hanya mengungkapkan bahwa pihaknya dan Australia pada prinsipnya sudah sepakat mengenai pembiayaan secara patungan. Namun mengenai penambahan personel militer AS setelah 2017 “masih dalam pembicaraan.”

Sumber : Viva
Read More..